Thursday, August 2, 2012

Realokasi Investasi

Oleh: Elvyn G. Masassya

Kalau Anda seorang investor bertipe konservatif, boleh jadi belakangan ini yang paling tidak nyaman dengan portofolio investasi Anda. Kenapa? Sebagian besar investor ritel yang konservatif pasti menempatkan dana investasi dalam bentuk deposito berjangka. Namun apa yang terjadi di pasar keuangan belakangan ini? Tingkat bunga deposito yang terus melorot.

Beberapa waktu lalu, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menurunkan tingkat bunga penjaminan menjadi 5,5 persen. Angka ini bahkan di bawah tingkat bunga Sertifikat Bank Indonesia atau SBI rate yang sebesar 5,75 persen. SBI sebagai instrument investasi jelas  lebih rendah resikonya dibanding deposito berjangka. Jadi, bagi investor menempatkan dana dalam bentuk SBI jadi lebih menarik ketimbang deposito berjangka (yang dijamin oleh LPS).

Lepas dari situasi tersebut, apakah Anda sebagai investor ritel tetap menempatkan dana dalam bentuk deposito berjangka ketimbang alternative instrument investasi lain? Jika tujuan Anda hanya untuk “keamanan” dana, memang deposito berjangka tidaklah keliru. Kendati demikian, dalam beberapa waktu ke depan, keadaan akan menjadi berbeda. Apa maksudnya?

Saat ini, dengan tingkat bunga deposito berjangka, yang katakanlah 5,5 persen per tahun, dan laju inflasi hanya sekitar 3,75 persen sampai 4 persen per tahun, uang Anda masih memberikan pendapatan riil. Artinya, imbal hasil bunga deposito setelah dikurangi laju inflasi masih akan positif.

Namun, saat ini pemerinitah merencanakan untuk menaikan harga BBM, yang konon akan dinaikkan sebesar Rp. L500 per liter untuk premium. Selain itu direncanakan pula kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL). Jika rencana ini benar akan direalisasikan, jelas biaya ekonomi untuk produksi dan distribusi barang-barang otomatis meningkat.

Beberapa kalangan memperkirakan, jika rencana kenaikan itu dilaksanakan, akan terjadi dorongan terhadap inflasi. Dan pada akhir tahun nanti, inflasi bisa berada di kisaran 7 persen. Nah, bayangkan jika tingkat bunga deposito tidak berubah. Maka, uang Anda yang ada dalam bentuk deposito bukannya mengalami kenaikan nilai, melainkan tergerus dan nilai riil yang tersisa dalam uang tersebut telah berkurang sebesar selisih antara tingkat bunga dan laju inflasi.

Alokasi investasi
Lantas, bagaimana baiknya? Coba pikir kembali alokasi investasi Anda. Menjadi seorang investor konservatif bukan berarti mesti menempatkan dana Anda dalam bentuk deposito berjangka. Sebab konservatif lebih berarti berhati-hati dan cenderung memitigasi resiko. Akan tetapi itu tidak berarti tidak fleksibel. Apa maksudnya?

Investasi beresiko rendah, dalam realitasnya cukup banyak. Salah satunya adalah reksa dana pendapatan tetap. Reksa dana ini isinya adalah obligasi atau surat utang, baik milik pemerintah maupun milik korporasi swasta. Benar, belakangan ini pun tingkat bunga kupon obligasi terus menerus menurun. Ini wajar meningingat Indonesia baru saja memasuki kriteria investment grade  dari lembaga pemeringkat internasional. Artinya, resiko di Indonesia menjadi lebih rendah dan layak berinvestasi di Indonesia. Dus, dampaknya, kupon bunga obligasi juga menurun.    

Akan tetapi reksa dana memiliki fleksibilitas untuk “mencampur” isi keranjangnya bukan sekedar obligasi  pemerintah, melainkan juga obligasi korporasi. Sehingga kalau “di-blend”, returnnya bisa lebih baik ketimbang deposito berjangka.

Selain reksa dana pendapatan tetap, investasi yang tergolong konservatif moderat adalah reksa dana campuran, yang isinya adalah obligasi dan saham. Benar, saham memiliki resiko tinggi. Akan tetapi dalam situasi tingkat bunga rendah, sejatinya, perusahaan-perusahaan yang menjual saham di pasar modal juga akan memperoleh dampak berupa coast saving, di mana tingkat bunga bank yang ditanggungnya akan lebih rendah pula.

Mestinya, marjin atau keuntungan perusahaan-perusahaan tersebut akan meningkat. Di sisi lain, jika reksa dana campuran yang Anda beli dikelola oleh manajer investasi berpengalaman dan telah memiliki rekam jejak yang bagus dalam sekian tahun serta memiliki dana kelolaan yang besar, mestinya hasil investasinya juga akan bagus, termasuk reksa dana yang dikelolanya.

Properti
Apakah tidak ada alternatif lain? Ada. Deposito, misalnya, merupakan investasi jangka pendek. Paling lama adalah setahun kendati bisa diperpanjang. Lebih dari itu, investasi di deposito dalam jangka panjang adalah jika diperkirakan tingkat bunga deposito itu sendiri akan menurun, tetapi saat ini masih cukup baik. Sebaliknya, kalau tingkat bunga deposito diperkirakan akan mengalami peningkatan, sebaiknya menempatkan dana dalam jangka pendek agar nanti ketika diperpanjang bisa menikmati tingkat bunga yang sudah lebih tinggi.

Anda bisa mempertimbangkan untuk menanamkan dana Anda dalam bentuk tanah dan atau properti. Dalam situasi tingkat bunga bank rendah, permintaan terhadap properti akan meningkat. Di sisi lain, kondisi ekonomi yang sudah berkategori investment grade biasanya akan mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi. Dan ketika ekonomi bertumbuh, daya beli terhadap properti juga akan meningkat, baik untuk kebutuhan rumah maupun kantor.

Masalahnya, investasi dalam bentuk tanah dan properti bukanlah investasi jangka pendek. Anda baru akan merasakan nikmat gain kenaikan harga tanah dan properti dalam jangka yang cukup panjang. Akan tetapi, nilainya tidaklah kecil. Bisa jauh di atas tingkat bunga deposito berjangka. Dus, kalau penempatan dana Anda dalam bentuk deposito berjangka tidak dimaksudkan untuk mendapatkan bunga yang dipakai untuk membiayai kebutuhan sehari-hari, ini berarti sebenarnya Anda bukan investor jangka pendek. Dan oleh karena itu, tanah serta properti mestinya layak dipertimbangkan.[sumber: Kompas, Minggu, 18 Maret 2012]        

1 comments:

Unknown said...

Anda bisa mempertimbangkan untuk menanamkan dana Anda dalam bentuk tanah dan atau properti. pojokinvestasi.com

Template by - Abdul Munir - 2008