Thursday, September 13, 2012

Siapapun Bisa Menjadi Kaya

Artikel yang sebentar lagi akan Anda baca ini merupakan artikel dari koran Kompas yang ditulis oleh Taufik Gumulya. Tapi karena menurut Kunci Finansial sangat berguna untuk dibaca, maka kami memutuskan untuk ikut share di sini.

Oh iya, aslinya artikel ini terdiri dari 2 bagian yang masing-masing artikel berjudul: Siapapun Bisa Menjadi Kaya (1) dan Siapapun Bisa Menjadi Kaya (2) Tapi di sini, akan sekalian dipadatkan jadi satu artikel saja. Selamat membaca dan semoga bermanfaat.

Siapapun Bisa Menjadi Kaya


KOMPAS.com - Pembaca Kompas.com yang bijak, Lebaran baru saja berlalu, pengeluaran uang dalam jumlah yang besar telah dilakukan. Setelah Lebaran usai, kini saatnya anda melakukan akumulasi kekayaan dengan tujuan agar pertumbuhan aset maksimal atau dengan bahasa sederhana kita membuat diri kita menjadi kaya! Anda mau?

Nah artikel berikut ini merupakan salah satu cara yang dapat anda lakukan agar bisa menjadi lebih kaya secara finansial. Paparan ini jika dilakukan dengan disiplin akan membuat diri anda berpotensi besar menjadi kaya. Ini berlaku bagi siapa saja tanpa memandang besarnya penghasilan perbulannya.

Sekali lagi yang terpenting anda mampu untuk melakukannya secara disiplin terhadap penghasilan anda setiap bulannya, jika tidak disiplin maka dapat dipastikan paparan ini tidak ada manfaatnya bagi pertumbuhan aset anda. Namun bagi anda yang mampu untuk disiplin secara konsisten maka potensi peningkatan aset keuangan anda sangat besar, marilah kita mulai secara bertahap.

Tahap 1 – Difinisi Kaya
Setiap orang memiliki difinisi yang berbeda terhadap ‘Kaya’, namun kami membatasinya dalam memandang kekayaan secara finansial saja, jadi di luar itu kami tidak membahasnya. Bagaimana dengan aset non finansial seperti kendaraan, rumah dan barang-barang lain?, untuk hal itu dipersilahkan untuk melakukan konversi teradap aset non finansial menjadi aset finansial (lakukan valuasi aset tersebut menjadi harga pasar wajar).

Baiklah, kita kembali kepada difinisi kaya: Kaya adalah suatu hasil pertumbuhan dari investasi yang telah dilakukan dan pertumbuhannya berhasil melampaui inflasi dari suatu negara di mana sang investor tersebut menetap.

Jadi berdasarkan penjelasan diatas maka seseorang tidak akan bertambah kaya jika dia:

  • Tidak melakukan investasi;
  • Melakukan investasi tetapi pertumbuhan hasilnya dibawah inflasi.


Marilah kita melakukan introspeksi secara objektif atas diri kita sendiri, sudahkah kita melakukan?:

  • Investasi baik di sektor riil maupun sektor finansial?;
  • Dalam melakukan investasi apakah kita sudah mengenal karakter profil resiko diri kita sendiri?, apakah kita termasuk dalam golongan konservatif, moderat atau agresif?

Demikian pembaca yang bijaksana, hal diatas adalah merupakan koridor pertama yang harus dilalui jika kita ingin merealisasikan pertumbuhan aset finansial secara signifikan. Untuk melakukannya wajib ada pengorbanan dari sisi keuangan. Pemasukan anda dibelanjakan dengan ketat demi masa depan keuangan yang lebih baik (bukankah anda ingin kaya kelak?).

Uang anda hanya untuk memenuhi kebutuhan rutin dan bukan keinginan rutin, sekali lagi bukan keinginan sehingga terjadi efisiensi minimal sebesar 10 persen dari pendapatan anda setiap bulannya. Dengan kalimat sederhana, pendapatan yang dapat digunakan hanya sebesar 90 persen.

Tahap 2 – Lakukan Investasi Bukan Spekulasi
Setelah kita sisihkan minimal 10 persen dari pendapatan maka langsung investasikan dana tersebut. Sesungguhnya ada batasan tipis antara investasi dan spekulasi, begitu tipisnya ‘benang’ ini sehingga sering kali seseorang tidak menyadari bahwa ia sedang terjerumus dalam spekulasi.
Untuk menghidarinya, berikut ini bisa dijadikan rambu atau pedoman agar kita tidak terjerumus dalam jurang ‘spekulasi’. Dalam melakukan investasi di sektor finansial seseorang wajib untuk:

ɸ Menentukan jangka waktu investasi yakni:
  1. Jangka pendek <=1 tahun, potensi hasil investasi rendah; 
  2. Jangka menegah 1 <= 3 tahun, potensi hasil investasi sedang; 
  3. Jangka panjang > 3 tahun, potensi hasil investasi tinggi.
Untuk menentukan jangka waktu cukup dengan mengetahui tujuan investasinya, misal investasi untuk pendidikan tinggi anak (usia saat ini 12 tahun), maka dana pendidikan tersebut diperlukan 6 tahun dari sekarang, berarti investasi yang dilakukan jangka panjang, dan lain sebagainya.

Sebagai catatan penting:
  • Potensi hasil investasi bukan merupakan jaminan, maksudnya adalah hasil investasi dapat berada diatas ataupun dibawah dari hasil yang direncanakan; 
  • Investasi bisa mengalami pertumbuhan yang besar, sedang maupun kecil bahkan tidak mustahil dapat mengalami kerugian, investasi sangat berhubungan dengan resiko. Nah untuk mengeliminir resiko kerugian maka penentuan jangka waktu investasi menjadi sangat wajib;
  • Jika ada investasi yang menjanjikan tingkat imbal hasil secara fix atau tetap maka berhati-hatilah, biasanya iming-iming pengembalian yang sangat luar biasa besar setiap bulannya (agar menarik calon investor). Untuk diketahui bahwa investasi dimanapun tidak bisa menjanjikan tingkat pengembalian yang tetap, mengapa?, karena investasi berkorelasi langsung dengan resiko. Jadi semakin besar potensi tingkat pengembalian maka semakin besar pula potensi resikonya. Berdasarkan data biasanya investasi yang seperti ini dapat dengan cepat menggerus modal anda hingga habis, ludes.

ɸ Alokasikan uang anda pada kendaraan yang tepat
Berbicara investasi di sektor finansial maka berdasarkan hasil riset secara empiris bahwa alokasi aset memegang peranan terbesar (sekitar 90 persen) dalam hal pertumbuhan hasil investasi, sisanya adalah rumor (kabar angin) dan momentum (saat masuk dan keluar investasi), nah kalau hasil riset investasi di sektor finansial sudah membuktikan demikian maka saatnya kita memilih kendaraan yang tepat untuk investasi kita.

Kami merekomendasikan sebagai pemula sebaiknya alokasikan investasi anda di intrumen Reksa Dana, mengapa demikian?, karena kendaraan investasi reksa dana memiliki ‘supir yang berlisensi’, ya bagaikan supir kendaraan ia memiliki ijin atau lisensi dari Bapepam sehingga kendaraan tersebut relatif aman, asalkan kita tepat memilih kendaraan tersebut, nah bagaimana caranya?

Berikut adalah tahapan yang kami ilustrasikan untuk seorang investor reksa dana pemula:

lustrasi Tabel Alokasi Investasi untuk Investor

Catatan penting:                    
Tabel ini hanya ilustrasi untuk pemula bukan merupakan keharusan          
Untuk lebih jelasnya silahkan melakukan konsultasi dengan Perencana Keuangan Anda     

Setelah kita mengetahui kisaran aset alokasi yang tepat, langkah selanjutnya adalah menentukan target pertumbuhan reksa dana, bagaimana caranya? 

Menenentukan target pertumbuhan reksa dana.
Berdasarkan fakta yang ada, kita berpotensi menjadi takut ketika nilai investasi kita menurun atau modal kita menjadi sangat berkurang, sebaliknya kita berpotensi menjadi tamak ketika nilai investasi kita sedang meningkat secara signifikan.

Dalam kondisi sedang meraih untung, umumnya perasaan tamak terus menghantui sehingga dengan mudahnya investasi terus ditambah (kondisi high return high risk pun terlupakan) harapannya adalah mendapat keuntungan yang sebanyak mungkin. Jika ternyata untung maka kita tersenyum, namun sebaliknya jika rugi,hmm, tentu sangat menyesakkan hati. Nah pada kondisi seperti itulah investasi berubah menjadi spekulasi.

Sekali lagi untuk menghindari spekulasi dalam berinvestasi di sektor finansial, kita wajib menentukan 2 hal yakni:
  1. Jangka waktu; 
  2. Target pertumbuhan minimal yang ingin dicapai.

Dengan melakukan dua hal di atas maka investasi yang dilakukan berada dalam jalur yang benar. Mengenai penjelasan penentuan jangka waktu telah dijelaskan pada artikel kami yang pertama.

Berikutnya untuk menentukan target pertumbuhan minimal, calon investor mutlak mengetahui pertumbuhan rata-rata dari reksa dana yang akan dipilihnya, di sini penulis membagi menjadi 4 (empat) kelompok besar reksa dana. Tabel berikut merupakan hasil olahan data dari seluruh performa reksa dana tersebut yang masih aktif di Indonesia:


 Keterangan:
1. Reksa Dana Pasar Uang (RDPU);
2. Reksa Dana Pendapatan Tetap (RDPT); 
3. Reksa Dana Campuran (RDC);
4. Reksa Dana Saham (RDS);
5. Sampling data tingkat pengembalian (return) reksa dana (kecuali reksa dana pasar uang) diambil selama 3 tahun terakhir serta dihitung secara aritmatik menjadi rata-rata tahunan (data selama 3 tahun dibagi 3),data terakhir pertanggal 24 Agustus 2012.

Untuk lebih jelasnya kami memberikan contoh berikut dari seorang investor yang melakukan investasi di sektor finansial:

Seorang bapak berusia 30 tahun memiliki kebutuhan untuk meningkatkan kekayaannya sebagai berikut:
  1. Ingin memberikan warisan kepada anaknya ketika kelak berusia 25 tahun sebesar minimal Rp 800 juta, usia anak saat ini 2 tahun;
  2. Ingin memiliki modal usaha sebesar Rp 450 juta, 10 tahun dari sekarang.

Saat ini sang bapak memiliki deposito senilai Rp 25 juta yang dibagi menjadi Rp 10 juta untuk warisan dan Rp 15 juta untuk usahanya kelak.

Nah untuk mencapai keinginannya maka sang bapak wajib melakukan:
  • • Perhitungan investasi yang harus dilakukan setiap bulannya agar kebutuhan No. 1 dan No. 2 dapat tercapai, adalah sebesar:

  1. Rp 132.000 selama 23 tahun agar tersedia dana sebasar Rp 800 juta;
  2. Rp 1.250.000 selama 10 tahun agar tersedia dana sebesar Rp 450 juta;
  3. Jadi total dana yang harus di investasikan pada reksa dana setiap bulan dalah sebesar Rp 1.382.000.
Agar mudah silahkan melihat dalam bentuk tabel:

Catatan:
Perhitungan investasi di atas adalah berdasarkan hasil perhitungan dalam ‘Aplikasi TGRM untuk Menggapai Kekayaan’ (Aplikasi diberikan gratis kepada pembaca Kompas.com dengan cara melakukan add PIN BB 29788928 atau SMS ‘Aplikasi TGRM’ kirim ke 0816 132 4712).
Kemudian bagaimana kita dapat memilih produk dan perusahaan reksa dana dengan tepat?, berikut adalah beberapa hal yang harus dipertimbangkan oleh investor pemula:

1. Return atau tingkat pengembalian yang merupakan kinerja reksadana secara historis harus optimal, sesuai dengan tingkat risiko yang dihadapinya, contoh Reksa Dana Saham (RDS) lebih berisiko dibanding dengan Reksa Dana Pendapatan Tetap (RDPT), namun Reksa Dana Pendapatan Tetap lebih berisiko dari Reksa Dana Pasar Uang (RDPU). Tolok ukur (Benchmark) return harus relevan dengan jenis reksadana tersebut, contoh:
  • IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) dengan RDS;
  • Indeks Obligasi Pemerintah dengan RDPT;
  • Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dengan RDPU


Jadi Anda dapat menanyakan kepada wakil agen penjual reksa dana tersebut mengenai tolok ukur versus kinerja reksa dana yang akan kita pilih tersebut.

2. Sharpe Ratio (SR), rasio ini berfungsi untuk mengukur konsistensi dari kinerja return dalam kurun waktu yang relatif panjang. Selain itu, Anda juga perlu menanyakan Standar Deviasi (SD). Secara awam SD adalah cerminan risiko di reksa dana tersebut secara historis, jadi SD semakin rendah berarti reksa dana relatif tidak terlalu berisiko, sedangkan SR semakin tinggi berarti kinerja relatif lebih baik. Jika ingin mengetahui lebih dalam mengenai metode Risk and Return, ini silakan dipelajari di sini: http://www.efmoody.com/investments/sharperatio.html

3. Untuk melihat tingkat kepercayaan nasabah ada baiknya membeli reksa dana yang dikeluarkan oleh Manajer Investasi (MI) yang telah mempunyai Dana Kelolaan atau Asset Under Management (AUM) 10 terbesar di Indonesia, silakan anda melakukan browsing via internet untuk mengetahuinya. Namun, ini bukan suatu hal yang mutlak karena AUM berbanding lurus dengan lamanya produk atau perusahaan tersebut beroperasional di Indonesia.

4. Biaya, perhatikan biaya masuk (subscription), biaya managemen, biaya switching (jika ada) serta biaya keluar (redemption). Biaya bukan sekedar pernik, tetapi dapat mempengaruhi pertumbuhan aset Anda secara jangka panjang.

Setelah kita mengetahui bagaimana memilih perusahaan dan produk reksa dana yang tepat maka langkah selanjutnya adalah melakukan implementasi atas perhitungan dan seluruh perencanaan serta analisa-analisanya.

Sebagai informasi implementasi reksa dana dapat dilakukan pada beberapa pintu masuk yakni: 
1. Perusahaan Manajer Investasi secara langsung;
2. Bank sebagai Agen Penjual Reksa Dana.

Demikian pembaca yang bijak, tanpa implementasi investasi Anda tidak akan menjadi kaya karena seseorang akan menjadi kaya melalui investasi bukan sebaliknya kita menunggu menjadi kaya dahulu baru melakukan investasi. Selamat melakukan implemantasi investasi Anda. (bersambung)


--
Taufik Gumulya, CFP 
Wealth & Financial Planner pada TGRM Perencana Keuangan








Template by - Abdul Munir - 2008