Monday, January 27, 2014

Cara Mengubah Benci Hari Senin Jadi Cinta

Senin, boleh jadi hari paling dibenci para karyawan. Sulit rasanya mengumpulkan tenaga dan semangat untuk sekadar membuka mata dan menyingkap selimut. Apalagi membayangkan lalu lintas yang hampir selalu macet di hari itu. “Oh My God, I hate Monday!” keluh Aina, seorang  profesional muda di bilangan Sudirman, Jakarta Pusat.

Keluhan serupa juga dilontarkan banyak pekerja lainnya, saat menghadapi hari Senin. Sindrom benci hari Senin memang bukan isapan jempol. Itu terbukti dari sejumlah survei yang membenarkan soal itu. Bahkan, British Medical Journal menyebut, serangan jantung meningkat 20 persen pada hari Senin.

Tak cuma itu, keluhan kesehatan seperti stres, migrain, gelisah, dan gangguan pencernaan juga meningkat. Kalau sudah begini, pihak merugi tentu saja perusahaan. Survei melaporkan, perusahaan
bisa rugi ratusan juta per tahun gara-gara karyawannya mengalami sindrom Monday Blues.

Motivator di bidang happinest Arvan Pradiansyah menilai, benci hari Senin sebenarnya hanya persoalan paradigma. Karena itu, sudah saatnya para pekerja mengubah cara pandang mereka dalam melihat sebuah pekerjaan.

“Kalau setiap karyawan hanya melihat pekerjaan hanya sebagai job, itu artinya dia bekerja hanya menjalankan mimpi orang lain. Maka dia akan cepat bosan. Beda jika dia melihat pekerjaan sebagai karier,” kata Arvan.

Dengan memandang pekerjaan sebagai karier, para karyawan akan merasa menjalankan pekerjaan untuk menggapai mimpi-mimpinya. Namun pada tingkatan ini, jaminan kebahagian belum tentu terpenuhi. Banyak orang dengan karier bagus tapi tidak bahagia. Karena itu, kita perlu meningkatkan
Pandangan kita dari karier menjadi calling. “Kalau sudah memandang pekerjaan sebagai panggilan jiwa, maka orang itu akan terus berbahagia menjalani tugas-tugasnya,” katanya.

Jika pandangan Anda sudah benar-benar berubah, tidak akan ada hari Senin yang penuh kemalasan. Kalimat I Hate Monday bakal berubah menjadi I Really Love Monday!

Template by - Abdul Munir - 2008