Monday, December 26, 2011

Panic Selling dan Langkah Menghadapinya

Ada kalanya para investor saham melakukan transaksi besar-besaran karena dipicu oleh ketakutan tertentu seperti misalnya ketakukan akan terjadinya krisis keuangan dan ekonomi. Transaksi besar-besaran yang dilakukan oleh para investor inilah yang kemudian membuat harga saham menjadi merosot tajam. Situasi inilah yang kemudian oleh beberapa pihak disebut sebagai panic selling.

Lantas apakah panic selling itu? panic selling diartikan sebagai tindakan dari investor secara bersama-sama yang membuat harga saham secara keseluruhan merosot tajam, seperti misalnya aktivitas transaksi penjualan saham secara besar-besaran dalam satu hari. Biasanya penurunan harga saham mencapai diatas 9 % (menurut ukuran pasar Amerika Serikat) dan lebih.

Aktivitas panic selling biasanya dipicu oleh beberapa sebab, yang tak jarang dikarenakan oleh faktor-faktor yang sebenarnya hanya bersifat isu yang tak jelas juntrungannya. Stephen Vines, mengelompokkan aktiitas panic selling dibagi menjadi empat kelompok, yakni:


  1. phoney panics, yaitu kepanikan yang terjadi karena persoalan sederhana. Investor menerima suatu informasi yang tak jelas sumber dan kebenarnya, lantas tanpa terlebih dahulu mengecek kebenaran beritanya langsung melakukan aktivitas penjualan secara besar-besaran. Keadaan panik ini pada kenyataannya tidak ada hubungannya dengan fundamental perusahaan atau harga intrinsic saham yang bersangkutan. Investor menjual sahamnya secara besar-besaran hanya berdasarkan isu dan ikut-ikutan tertular tindakan orang lain.

  2. end-of-cycle panics, yaitu kepanikan yang ditimbulkan sendiri oleh investor. Investor merasa ketinggalan atas kepanikan yang terjadi dan merasa harus menjual karena ketakutan tidak bisa lagi menjual pada keesokan harinya. . biasanya yang memicu kepanikan ini adalah karena harga yang sudah terlalu tinggi (bubble) dan semua telah melakukan penjualan sementara investor belum melakukannya. Bahkan, kepanikan terjadi karena aktifitas operasi pasar yang dilakukan mengakibatkan investor ketakutan dan menjual sahamnya.

  3. contagious panics, yakni panik yang menular. Kepanikan ini disebabkan oleh kepanikan yang terjadi akibat penularan dari kepanikan investor yang lain. Yang memicu para investor melakukan penjualan besar-besaran karena kepanikan menular ini adalah biasanya karena investor melihat dari pasar di Negara atau wilayah lain yang juga melakukan hal yang sama tersebab ketakutan mereka pada krisis keuangan yang terjadi padasebuah Negara dan takut krisis tersebut pada akhirnya akan merembet ke Negara investor yang bersangkutan. Contoh yang paling nyata saat ini adalah krisis keuangan yang terjadi di Yunani dn merembet ke Italia, yang kemungkinan akan merembet juga ke Indonesia. Akibatnya, investor merasa perlu untuk menjual dulu sahamnya daripada tidak bisa lagi menjualnya pada kesempatan berikut.

  4. real panics, atai kepanikan nyata yang merupakan kepanikan atas kejadian yang sebenarnya. Contohnya adalah kepanikan yang terjadi di pasar Yunani. Kepanikan pada masyarakat Yunani dan menjual saham merupakan panik nyata karena adanya informasi factual di mana harga akan merosot. Tetapi, investor saham yang di Indonesia yang menjual saham disebabkan karena kejadian di Yunani disebut sebagai kepanikan menular.


Cara Menghadapi Panic Selling
Dalam situasi panic selling, investor tidak boleh bertindak sembrono dan harus memperhatikan posisinya. Investor dalam posisi memiliki posisi, yakni memiliki saham yang harganya cukup tinggi sekitar level 400. Investor tidak bisa berdiam diri saja kecuali investor mempunyai keyakinan besar bahwa harga saham atau pasar akan terkerek naik kembali pada sesi berikutnya.

Untuk dapat melakukan tindakan tersebut, investor harus dalam posisi berhubungan dengan dealer saham perusahaan sekuritas dan memperhatikan pergerakan harga saham melalui monitor. Bila investor telah menyampaikan harga jual namun saham tak juga terjual, investor harus menurunkan harga jual 2 poin dari harga sebelumnya agar bisa terjual.

Tindakan melipat gandakan penurunan harga didasarkan pada keyakinan bahwa harga akan merosot tajam. Sebaiknya tindakan penjualan saham harus dilakukan pada sesi pagi, karena penurunan masih sedikit. Bila melakukan penjualan pada sesi siang, kemungkinan besar investor harus menjual sahamnya dengan harga yang lebih murah.

Tetapi, bila investor sedang dalam posisi tidakmemiliki saham tetapi sedang mempunyai dana tunai, investor harus melakukan penghitungan atau menentukan waktu yang tepat untuk memasuki pasar dan membeli saham yang diinginkan. Investor sudah harus yakin benar bahwa ketika investor membeli, pasar sudah akan berbalik arah mengalami kenaikan.

Pada umumnya, pasar yang turun satu hari dan langsung mengalami kenaikan pada hari berikutnya mempunyai kemungkinan yang lebih besar dari aktivitas lainnya. Oleh karena itu investor harus langsung membeli saham tersebut bila sudah mengalami penurunan tajam. Bila pasar sudah drop di atas 10%, sebaiknya investor membeli saham tersebut untuk menikmati keuntungan akan kenaikan harga saham tersebut.

Bila sudah naik, investor juga tidak boleh diam, tapi turut mentransaksikan saham tersebut. Bila harga juga sudah naik melebihi 5% setelah dua-tiga hari, sebaiknya investor menjual dan kembali menunggu untuk membeli kembali saham tersebut. Tetapi bila investor sudah melihat harga saham atau pasar sudah stabil kembali, investor jangan menjual saham bersangkutan, tetapi menyimpan saham tersebut untuk jangka yang lebih lama lagi. Keuntungan yang dinikmati investor akan lebih besar dan bila dibandingkan dengan investasi yang lain akan jauh lebih baik karena investor memperolehnya dalam waktu yang relative pendek.

Template by - Abdul Munir - 2008